Penggunaan Garam
Beryodium
Selama awal 1850-an, Chatin mempelajari
hubungan antara prevalensi gondok dan konsentrasi iodida dalam persediaan
tanah, air dan makanan dari berbeda daerah. Dia
juga mempelajari pengaruh yodium suplementasi pada endemik gondok.
Adapun alasan yang melatarbelakangi beliau
melakukan penelitian tersebut adalah karena pada beberapa tahun sebelumnya ada
seorang ilmuwa dari Swiss, J.F Coindent yang behasil menyembuhkan 159 orang
penderita gondok dengan menggunakan yodium.
Dari sana, ia pun mulai termotivasi untuk
membuktikan kebenaran tentang berita tersebut. Dari hasil pengamatannya beliau
pun membuat beberapa kesimpulan yakni :
1.
gondok dan
kretinisme jarang terjadi didaerah yang kaya akan yodium.
2.
mereka
sering terjadi, Namun, di daerah yang miskin di yodium.
3.
suplementasi
yodium adalah pencegahan khusus gondok.
Antara 1891 dan 1892, serangkaian
publikasi muncul dalam British Medical Journal, pelaporan untuk pertama kalinya
penggunaan efektif dari ekstrak tiroid baik Parentally dan lisan pada pasien
dengan hipotiroidisme.
Pada tahun 1907 Bertarnd melekukan uji
coba terhadap remaja. Karena remaja sangat rawan terkena gondok. Penelitiannya
dilakukan dengan membagi remaja menjadi 2 kelompok. Kelompok epertama tidak
diberi asupan yodium, dan kelompok kedua diberi asupan yodium. Settalah 2,5
tahun, terbukti bahwa 22% dari kelompok pertama terkena penyakit gondok,
sedangkan kelompok kedua hanya 0,2% yang terkena.
Pada 1831, ahli kimia Perancis dan ahli
agronomi J.G. Boussingault 31
diusulkan natrium klorida beryodium (garam meja) sebagai rata-rata mencegah
gondok. Usulan tersebut dilaksanakan
pertama di Eropa dan kemudian di tahun 1920-an, di
Amerika Serikat.
Amerika Serikat.
Semenjak penemuan tersebut, hingga saat
ini banyak obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gondok mengandung yodium.
0 komentar:
Posting Komentar